Minggu, 04 Januari 2015

99 keistimewaan gusdur

99 Keistimewaan KH Abdurrahman Wahid
Gus Dur Kyai Catur yang Andal

 Mantan Presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah sosok luar biasa sehingga banyak atribut yang dialamatkan kepadanya.
Ia dikenal sebagai seorang intelektual, budayawan, pekerja sosial, pemimpin, ulama dan lain-lain, kata KH. A. Nur Alam Bakhtir seorang ulama yang menulis buku 99 Keistimewaan Gus Dur.
Buku dengan tebal 170 halaman itu ditulis dengan bahasa ringan yang mengupas tentang berbagai misteri Gus Dur yang dihitungnya menjadi 99 keistimewaan.
Prof. Dr. KH. Said Agiel Siradj, MA yang memberikan Kata Pengantar dalam buku tersebut mengatakan popularitas Gus Dur bukan semata-mata karena ia merupakan keturunan darah biru. Popularitas Gus Dur dibentuk melalui proses panjang, dimana ia pernah berorganisasi dan belajar di Mesir, Irak, serta beberapa negara Eropa. Disejumlah negara tersebut, Gus Dur tekun mempelajari berbagai macam pengetahuan, baik yang lahir dari rahim (tradisi) Islam maupun Barat. Perjalanan panjang pendidikan Gus Dur tersebut tentu memberikan kontribusi dalam mempopulerkan nama besarnya.
Pak Kiai, begitu biasa KH. A. Nur Alam Bakhtir dipanggil mengatakan 99 Keistimewaan Gus Dur itu diantaranya, mudah mengenal dan dikenal, banyak berkunjung dan dikunjungi, berani menghadapi tantangan, hapal banyak nomor telepon, mudah ditemu kapan, dimana dan oleh siapapun, mudah diwawancarai wartawan, beberapa pernyatannya tidak mudah diterjemahkan.
Kritis terhadap siapa saja, banyak dikunjungi oleh calon-calon pemimpin, banyak sahabat, banyak juga rivalnya, banyak mengorbitkan tokoh, gigih membela kebenaran tanpa kompromi, tingkah lakunya unik dan khas, sense of humor-nya sangat tinggi, berjiwa pluralis, toleran terhadaop semua agama, sangat ditakuti koruptor, berani melambungkan gaji PNS, menjadi Presiden WCRP, visinya jauh ke depan, sangat piawai memilah-milah persoalan, sangat pemaaf terhadap orang yang mencacinya, sangat teguh memegang prinsip kebenaran, memuliakan ulama dan penebar Islam yang telah wafat, keberaniannya di atas rata-rata.
Selain itu, menurut Nur Alam Bakhtir, sangat tajam indera keenamnya, tidak suka berlebihan dalam hal protokoler, mentan pejabat yang tetap populer, tokoh yang dikagumi dan diikuti, banyak menerima penghargaan, Kyai Catur Yang Handal, konsiten dengan konsep persaudaraan, kezuhudannya teruji, inspirator yang mencerdaskan, sabar menghadapi fitnah, tokoh yang mudah diakses, selalu menjadi bintang dalam berbagai forum, mempunyai bargaining position yang tinggi, mata boleh tidak melihat, tapi hati terbelalak.
Gus Dur juga sebagai cendekiawan moralis, tidak terlena oleh pujian, tidak putus asa karena cacian, tulisan dan pidatonya sama-sama menarik, sering diimpikan orang, tokoh idialis yang tetap realistis dan seterusnya sampai 99 keistimewaan, ujarnya.
Gus Dur sebagai kyai catur yang handal, menurut Nur Alam Bakhtir, dalam filosofi para kyai di daerah Sunda Jawa Barat ada empat klasifikasi kyai, yaitu kyai tandur, kyai muwur, kyai sembur dan kyai catur.
Kyai tandur adalah kyai yang kegiatan sehari-harinya mengajar santrinya di pesantren maupun di tempat lain. Kyai muwur adalah kyai yang kegiatannya memberi ceramah dan pengajian dari suatu tempat ke tempat lain. Kyai sembur adalah adalah kyai yang memiliki kepandaian mengobati orang sakit. Sedangkan kyai catur adalah kyai yang tidak saja mengerti dan memahami kitab kuning dan ilmu agama secara mendalam, tetapi juga menguasai wawasan ilmu sosial politik. Keempat kategori itu nampaknya ada dalam sosok Gus Dur, kata Nur Alam Bakhtir yang alam meluncurkan buku 99 Keistimewaan Gus Dur pada tanggal 24 Februari 2008 di Hotel Acacia.
Menurutnya, sebagai aktifis politik, Gus Dur dikenal sebagai pengatur strategi level tinggi yang sangat diperhitungkan oleh lawan-lawan politiknya. Kepiawaiannya dalam membuat manuver politik telah mengantarkannya menjadi Presiden RI ke empat.
Gus Dur juga mampu membaca gelagat dan manuver lawan politiknya sehingga tidak mudah dibohongi. Lebih dari itu, Gus Dur mampu membangkitkan dan memperkuat solidaritas masa pendukungnya, ujar mubaligh Jakarta yang juga Ketua Badan Kehormatan (BK) DPRD Provinsi DKI Jakarta ini.
Gus Dur juga menurut Nur Alam Bakhtir memuliakan ulama dan penebar Islam yang telah wafat. Salah satu kebiasaan Gus Dur adalah berziarah ke makam-makam para ulama, para wali dan habaib yang telah berjasa dalam da\'wah dan penyebaran ajaran Islam. Kebiasaan tersebut bukan saj didasarkan atas dalil Naqli berupa hadist Nabi SAW, tetapi juga bertujuan untuk mengambil hikmah dan manfaat yang berdimensi spiritual.
Perhatian Gus Dur yang sangat besar terhadap ziarah membuat dirinya mampu menceritakan sejarah para tokoh ulama dan wali. Coba bisa bertanya kepada Gus Dur, bukan saj tentang sejarah walisongo yang sudah sangat populer di masyarakat, bahkan sejarah habib-habib di Jakarta, ujarnya.
Gus Dur juga, kata Nur Alam, mengetahui kuburan habib-habis besar di Masjid Luar Batang, Masjid Kampung Bandan, belakang Masjid Al-Fudlola. Bahkan Gus Dur mengetahui kuburan Si Pitung, tokoh Betawi di Marunda Jakarta Utara, ujarnya. (norhakim)


Perjuangan Gus Dur Penuh Risiko
Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tiga Periode KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dikenal sebagai pembela minoritas. Sepak terjangnya dituangkan dalam banyak bentuk. Medan perjuangannya mencakup ranah ekonomi, politik, budaya, dan khazanah intelektual. “Semuanya telah dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelum ia menjabat sebagai Ketua Umum PBNU. Sebagai orang NU yang jumlahnya mayoritas di Indonesia, Gus Dur selalu
mengimbau pemerintah dan masyarakat umum untuk melindungi dan menjamin hak-hak minoritas,” tutur puteri mendiang Presiden RI ke-4 Alissa Qothrunnada Abdurrahman Wahid akrab disapa Alissa Wahid kepada NU Online, Selasa (14/2).
lebih lanjut Mbak Lissa -sapaan akrab Alissa Qothrunnada Abdurrahman Wahid, menyatakan, di tengah perjuangannya yang penuh tantangan dan risiko, Gus Dur mendapat sambutan, dukungan, dan peran aktif dari beragam kalangan.
“Gerakannya berhasil menarik simpati masyarakat luas karena mengarah pada tujuan yang menjadi kepentingan orang banyak,” tuturnya.
Setelah Gus Dur wafat, mereka yang mencintai Gus Dur menggabungkan diri dalam komunitas Sahabat Gusdurian.’
“Teman-teman yang tergabung dalam komunitas ini berjuang mengawal jalannya dinamika sosial yang tengah berkembang. Mereka terlibat aktif dalam menegosiasi nilai-nilai kemanusiaan di ruang publik,” tandasnya.


———————–
Cara Gus Dur Membantu Pesantren Tebuireng

Pesantren merupakan institusi pendidikan yang independen dari pemerintah, termasuk dalam hal pembiayaannya. Karena itu, kontribusi dari masyarakat dan komunitasnya menjadi sangat penting. Keluarga, alumni dan santri diharapkan bahu membahu menjaga kelangsungan pesantren, salah satunya juga dalam bentuk bantuan dana untuk mendukung biaya operasional. Meskipun dikenal sangat baik dan loman (murah hati) kepada orang lain, ternyata Gus Dur selama hidupnya jarang sekali memberi bantuan kepada pesantren Tebuireng, yang notabene merupakan pesantren keluarganya. Ini merupakan fenomena yang agak aneh, padahal dengan posisi dan akses yang dimilikinya, kalau mau, boleh dikata, pengurus tinggal bilang, pasti akan dipenuhinya.
Nasihin Hasan, mantan Ketua Lakpesdam NU menuturkan ia tahu Gus Dur tidak pernah membantu karena ia kenal baik dengan Gus Dur dan sekaligus dengan KH Yusuf Hasyim dan KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah).
Selama masih hidup, akses dan jaringan Gus Dur tidak diprioritaskan untuk keluarga, tetapi untuk para kiai NU lain yang selama ini kurang mendapat perhatian. Tetapi bukan berarti Gus Dur melupakan Tebu Ireng, setelah ia meninggal, dana yang masuk ke pesantren yang didirikan oleh kakeknya ini malah mengalir deras. Ini termasuk karomah yang dimiliki oleh Gus Dur.
Gus Dur selama hidupnya tidak pernah membantu uang ke Tebu Ireng, tetapi bantunnya setelah meninggal. Duit baru berdatangan setelah beliau meninggal, dari kotak amal saja berlimpah-limpah, katanya.
Nasihin yang baru-baru ini berziarah ke Tebuireng menggambarkan, para perziarah sangat membludak. Saya harus antri dapat tempat untuk bisa baca yasin dan tahlil, tuturnya.
Dia dihormati ketika hidup, lebih dihormati ketika meninggal, tandasnya.

————————
Apa yang Membuat Gus Dur lebih Populer dari Bapak dan Kakeknya

Sebuah pertanyaan menggantung di hati KH Maimun Zubeir, salah satu kiai sepuh NU asal Sarang Jawa Tengah. Amalan apa yang dilakukan oleh Gus Dur sehingga sampai meninggal pun orang terus menghormatinya, masyarakat berduyun-duyun tak henti-hentinya menziarahi makamnya. Boleh dikata penghormatan yang diberikan melebihi kepada ayah dan kakeknya, para pendiri dan generasi awal NU yang keduanya jug mendapat gelar pahlawan nasional. Pertanyaan ini akhirnya menjadi diskusi bersama dengan H Nasihin Hasan, mantan ketua PP Lakpesdam NU dan aktifis LSM senior, saat kiai sepuh ini berkunjung ke rumahnya di kawasan Kebun Jeruk Jakarta.
Saya juga kaget mendapat pertanyaan ini. Ini pertanyaan yang dalam sekali dan membuat saya berfikir, Gus Dur ada apanya, kok melebihi ayahnya, melebihi kakeknya. Kiai Maimun juga bilang, ia tahu semua tentang kakehnya, tentang ayahnya, tapi mereka berdua tidak seperti itu
Ia menuturkan, Meskipun semasa hidup Gus Dur dan kiai Maimun selalu menghormati, tapi Kiai Maimun tak jarang berseberangan terhadap beberapa sikap Gus Dur yang dianggap nyleneh. Perdebatan intelektual biasa yang memperkaya khazanah keilmuan di lingkungan NU.
Merenunglah mereka berdua dalam kesunyian atas pertanyaan pelik ini. Akhirnya diidentifikasikanlah sejumlah sikap dan tindakan Gus Dur yang membuat ia menjadi orang besar.
Mereka berdua menemukan tiga kelebihan Gus Dur. Pertama, ia orang yang sangat dermawan atau loman. Ketika orang membutuhkan apa yang dia punya, diberikan, padahal kebutuhannya bukan main untuk keluarga. Kisah tentang ini salah satunya bisa dibaca di edisi Gus Dur Wali 52 dengan link http://nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/…
Kelebihan kedua adalah, silaturrahmi. Kemana pun pergi, ia selalu berusaha mengunjungi teman yang dekat dengan lokasi tersebut. Ia tidak peduli, pokoknya adal lewat, ada teman, pasti diampiri. Kalau perlu dicari orangnya,
Karena sering berkunjung ke teman-temannya, akhirnya Gus Dur juga banyak menerima tamu di Jakarta. Kalau dibilang zaman sahabat Nabi, Abdurrahman Wahid, banyak tamunya sehingga masak terus, sehingga banyak abunya di rumah,
Kelebihan ketiga adalah pemaaf, Orang tidak tahu bahwa Gus Dur pemaaf. Saya banyak kesalahan, tapi dilupakan, asal kemudian kita baik-baik, tapi kalau kita dendam, dia lebih dendam lagi.
Suatu ketika ada Kiai yang menuduh Gus Dur pendukung zionis, Nasihin menuturkan Gus Dur tak melupakan peristiwa itu, tetapi kiai tersebut akhirnya dimaafkan dan malam diberi posisi strategis.
Kewalian Gus Dur juga bisa dilihat dari perspektif rasional. Istilah wali memang banyak dipakai di Indonesia, ada wali murid, wali sekolah, wali nikah dan sejenisnya yang semuanya berarti mewakili.
Gus Dur, merupakan wali Indonesia dalam arti yang sebenarnya, mewakili rakyat Indonesia, bahkan bukan hanya mewakili komunitas NU untuk memperjuangkan keadilan.
Kalau sudah membela manusia yang tertindas, pasti dekat dengan Allah. Jadi jangan dilihat dari aspek, wah dia bisa ngomong dengan kuburan, kalau dia memiliki kemampuan itu, karena kemampuan dia. Saya menerjemahkannya ke sana, pembelaannya pada kemanusiaan, tandasnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar